ADAB DULU BARU ILMU : KRISIS ADAB GURU DAN MURID JAMAN NOW
ADAB DULU, BARU ILMU
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan informasi, zaman pun semakin bergeser dan berubah.
Sekarang, bukan hanya anak muda atau remaja saja yang main Tiktok seperti beberapa tahun lalu dimana ada seorang remaja muda viral yang biasa dipanggil Bowo Alpenliebe, namun tren ini juga diikuti oleh para guru. Semakin banyak bermunculan akun-akun Tiktok pribadi guru dengan followers banyak yang rutin menyiarkan kegiatannya mengajar di sekolah.
Teknologi sangat boleh dan sah untuk dimanfaatkan siapa saja. Hanya yang cukup disayangkan adalah ada beberapa guru yang share konten kurang pantas ke publik yang ditonton hingga jutaan orang. Contohnya, guru yang share konten sedang “menggoda” salah satu muridnya, mengatakan bahwa salah satu muridnya adalah pacarnya meskipun dengan maksud bercanda. Lalu contoh lainnya, guru laki-laki yang share konten mengajak murid laki-lakinya dance viral Tiktok dengan gaya yang cukup gemulai.
Sejatinya, krisis tentang adab di sekolah ini sudah menjadi pembahasan sejak beberapa tahun silam. Sebab banyaknya terjadi kekerasan dan pelecehan yang dilakukan guru kepada murid-muridnya di beberapa tempat.
Padahal, Sistem pendidikan nasional di Indonesia telah memberikan arah dan tujuan yang jelas, proses pendidikan untuk menjadikan manusia beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak mulia dan beradab, berilmu, mandiri serta bertanggung jawab. (Lihat: UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 3).
Setiap proses pendidikan adalah untuk melahirkan sumber daya manusia yang cerdas, berakhlak dan lain sebagainya, serta mampu bersaing di era global saat ini. Kita perlu sadari, kebangkitan sebuah peradaban sangatlah ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya.
Kenyataan di lapangan, krisis moralitas terjadi dalam segala lini, belum lagi dengan data-data terbaru yang dikeluarkan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tentang kekerasan seksual yang menunjukkan begitu hancurnya adab dan moralitas siswa dan guru.
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Ada 4 kompetensi guru yang tertuang yaitu pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian.
Spirit kepribadian inilah yang mestinya diperhatikan oleh setiap guru. Sebab, mereka akan menjadi contoh bagi para muridnya. Sehingga, akhlak dan adab yang baik harus ada dalam diri setiap pendidik (guru).
Adab adalah disiplin rohani, akli, dan jasmani yang memungkinkan seseorang dan masyarakat mengenal dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dengan benar dan wajar, sehingga menimbulkan keharmonisan dan keadilan dalam diri, masyarakat, dan lingkungannya.
Adab merupakan sebuah keniscayaan dalam kehidupan seorang guru dan murid, adab tidak bisa terlepas dalam aktivitas sehari-hari. Ibadah kepada Allah, menghormati guru dan orangtua, bermuamalah. Maka semuanya membutuhkan adab yang baik. Dan para ulama kita dahulu, lebih mendahulukan adab dibandingkan dengan ilmu.
Teladan dalam mempelajari adab lebih didahulukan dibandingkan dengan ilmu. Telah dilakukan oleh para ulama dan tokoh-tokoh cendekiawan Muslim dahulu, di antaranya:
Imam Ibnul Mubarak berkata, “Aku belajar adab selama tiga puluh tahun, dan aku belajar ilmu selama dua puluh tahun.”
Imam Ibnu Wahab berkata, “Aku lebih mengutamakan belajar adab kepada Imam Malik dibandingkan dengan belajar ilmu darinya.”
Imam Abu Hanifah (Imam Hanifah) berkata, “Kisah-kisah tentang kehidupan para ulama dan duduk dalam majelis mereka lebih aku sukai dari mempelajari banyak ilmu, karena kisah-kisah itu penuh dengan ketinggian adab dan akhlak mereka.”
Orang yang berilmu saja, belum tentu akan menjadi orang baik dan bermanfaat. Tapi orang yang beradab, biasanya juga berilmu meski ilmunya hanya sedikit, dan manfaat dirinya bisa lebih dirasakan sekitarnya.
Beberapa paragraf terakhir diambil dari tulisan: https://www.republika.co.id/berita/pvi7rr349/krisis-adab-guru-dan-murid-part1